Tuesday, May 20, 2008

Kejepit dan (akhirnya) Bangkit !

Kejepit dan (akhirnya) Bangkit !
Oleh : Fr Karyo Sanyoto

Tanggal 19 Mei ini beberapa kantor melibatkan diri dalam kegiatan HarPITnas (Hari Kejepit Nasional) sehingga meliburkan diri karena tanggal tersebut dijepit hari libur. Tanggal 20 Mei ini bangsa kita memperingati HarKITnas (Hari Kebangkitan Nasional). Peringatan Harkitnas menjadi istimewa karena bertepatan dengan peringatan 100 tahun berdirinya Organisani Budi Utomo (1908) yang diyakini sebagai organisasi awal Kebangkitan Nasional menuju sebuah bangsa merdeka. Budi Utomo sendiri didirikan oleh para mahasiswa Stovia yang dimotori oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Dr. Sutomo. Pada zaman itu, para mahasiswa merasa terjepit oleh situasi dibawah tekanan penjajahan, dimana kemerdekaan dan kemajuan adalah mimpi yang tidak mungkin tercapai. Oleh karenanya, mereka bangkit dengan mendirikan organisasi pergerakan yang mencita citakan kemerdekaan. Semangat inilah yang kini diresapi dan diproklamirkan oleh Presiden kita - Bapak SBY sebagai slogan “Indonesia Bisa”

Sebagai umat Allah yang ber-belarasa, kiranya momen kejepit dan bangkit harus mendapatkan porsi untuk kita renungkan. Kondisi perekonomian yang (jika mau mengakui) menuju kearah resesi membuat banyak masyarakat terjepit dalam situasi kehidupan yang sulit. Banyak bermunculan kasus kelaparan, kasus rebutan bantuan, kasus kasus kriminal yang pangkalnya masalah pangan, kasus bunuh diri karena tidak kuat menahan beban hidup, kasus pendidikan yang biayanya tidak dapat dijangkau, dan seabreg abreg kasus kehidupan yang menyengsarakan. Kondisi-kondisi tersebut tak jarang membuat seseorang menyerah dan akhirnya menjauhkan diri dari doa dan Tuhan. Jika seseorang sudah menjauhkan diri dari Tuhan karena masalah duniawi, maka kebangkitan akan menjauhinya. Yesus wafat dan (akhirnya) bangkit karena Yesus menyerahkan segala sesuatunya kepada Bapa-Nya disurga. Penyerahan total oleh Yesus merupakan awal kebangkitan-Nya. Maka, langkah merefleksikan, mensyukuri dan menyerahkan segala kesulitan hidup kepada Tuhan adalah langkah nyata umat Allah menuju kebangkitan dari keter-jepit-an kehidupan.

Di akhir rubrik Parodi di harian Kompas Minggu, 18 Mei 2008, kolumnis Samuel Mulia merumuskan bahwa ada-nya Tuhan adalah karena manusia mencarinya dan mencoba menemukannya, dan bukan sebaliknya. Dikisahkan dalam cerita yang dituturkan kembali oleh Jeung Samuel, seorang tukang cukur berkata kepada langganannya bahwasanya Tuhan itu tidak ada. Pada saat selesai bercukur, langganan itu keluar dan menemukan seorang yang sangat lusuh gembel lengket yang acak adul tidak keruan. Si langganan berbalik dan berkata kepada tukang cukur : Saya tidak percaya tukang cukur ada. Kenapa ? Tukang cukur balik bertanya. Lihatlah diluar itu, seeorang yang sangat kusam masih ada. Itu berarti eksistensimu tidak ada, jawab si pelanggan. Tukang cukur membalas : Aku tetap ada. Si Kusam itu ada karena dia tidak datang padaku. Pelanggan menyahut “Exaclty right!” Kau tidak bisa melihat Tuhan ada karena kau tidak datang kepada Nya!

Seseorang akan merasakan Tuhan ada karena seseorang tersebut datang kepadaNya. Datang dengan membawa syukur, membawa permohonan, membawa keluh kesah, membawa kesulitan hidup, dan membawa keter-jepit-an hidup. Semakin seseorang sering datang dan berbicara dengan Tuhan, semakin kuat dan tabahlah orang itu. Jika kekuatan dan ketabahan selalu ada dalam diri, maka kebangkitan dan semangat untuk hidup akan selalu ada dalam celah celah perjuangan hidup. Mari, kita bangkit dan berdiri tegak bersama Tuhan untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik.
Indonesia, Bisaaaa!! Umat Allah, Bisaaaa!! Antonius Empat, Bisaaaa!! (Kar San)



No comments: